Bachelor of Elementary School Teacher Education

Kuliah Kerja Lapangan PGSD UNS: Menjelajahi Kearifan Lokal di Desa Wisata Penglipuran, Bali

Bali, 6 Juli 2024 – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sebelas Maret (UNS) melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Desa Wisata Penglipuran, Bali. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai kearifan lokal, pelestarian lingkungan, serta adat dan budaya masyarakat Bali yang masih terjaga dengan baik.

KKL ini diikuti oleh 220 mahasiswa PGSD UNS didampingi oleh dosen pendamping. Selama kunjungan, mahasiswa berkesempatan mengamati langsung kebersihan desa yang terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia, serta mempelajari adat istiadat yang masih dijalankan dengan ketat oleh masyarakat setempat.


Menelusuri Keindahan dan Kebersihan Desa Penglipuran

Saat tiba di Desa Penglipuran, mahasiswa langsung disambut dengan pemandangan lingkungan yang asri dan tertata rapi. Salah satu daya tarik utama dari desa ini adalah komitmen warganya dalam menjaga kebersihan. Beberapa hal yang menarik dari kebersihan desa ini antara lain:

Larangan Penggunaan Kendaraan Bermotor – Untuk menjaga kualitas udara dan kenyamanan lingkungan, kendaraan bermotor tidak diperbolehkan masuk ke dalam area utama desa.

Pengelolaan Sampah yang Ketat – Masyarakat menerapkan sistem pengelolaan sampah yang ketat dengan memilah sampah organik dan non-organik serta menerapkan konsep daur ulang.

Arsitektur Tradisional yang Konsisten – Rumah-rumah warga tetap mempertahankan arsitektur tradisional Bali, mencerminkan nilai budaya yang masih dipegang teguh.

Kesadaran Lingkungan yang Tinggi – Setiap warga memiliki kesadaran tinggi untuk menjaga lingkungan tetap bersih, asri, dan nyaman, menjadikan desa ini sebagai salah satu contoh terbaik dalam pelestarian budaya dan ekologi.


Memahami Adat Istiadat dan Kehidupan Sosial Masyarakat Penglipuran

Selain kebersihan, Desa Penglipuran juga dikenal dengan adat istiadatnya yang masih sangat kuat. Mahasiswa diberikan pemaparan mengenai beberapa tradisi yang masih dijaga hingga kini, di antaranya:

Sistem Kasta yang Egaliter – Berbeda dengan sebagian besar wilayah Bali lainnya, masyarakat Penglipuran tidak mengenal sistem kasta, sehingga kehidupan sosial mereka lebih egaliter dan harmonis.

Hukum Adat yang Tegas – Desa ini masih menerapkan sistem hukum adat untuk menjaga ketertiban masyarakat. Setiap pelanggaran adat akan dikenai sanksi sesuai dengan aturan desa.

Tradisi Upacara Keagamaan – Mahasiswa diajak melihat beberapa upacara keagamaan Hindu yang rutin dilakukan di pura desa, yang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat.

Konsep Tri Hita Karana – Filosofi yang dipegang teguh oleh masyarakat desa ini, yaitu keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.


Antusiasme Mahasiswa dan Manfaat Kegiatan

Mahasiswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini karena memberikan wawasan nyata mengenai hubungan erat antara pelestarian budaya, kebersihan lingkungan, dan nilai-nilai sosial masyarakat. Beberapa manfaat yang dirasakan peserta antara lain:

Pemahaman lebih dalam tentang bagaimana budaya dan tradisi dapat dijaga dalam kehidupan modern tanpa mengorbankan kemajuan.

Inspirasi dalam mengajarkan nilai kebersihan, keteraturan, dan gotong royong kepada siswa sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan karakter.

Wawasan mengenai kearifan lokal Bali yang dapat dikaitkan dengan pembelajaran IPS dan budaya dalam kurikulum sekolah dasar.

Motivasi untuk menerapkan gaya hidup ramah lingkungan dengan meneladani sistem pengelolaan lingkungan yang diterapkan oleh masyarakat Penglipuran.

Salah satu mahasiswa peserta, Yusuf Nur H, menyampaikan kesannya, “Saya sangat terinspirasi oleh masyarakat Desa Penglipuran yang mampu menjaga kebersihan dan budaya mereka dengan sangat baik. Ini adalah contoh nyata bahwa nilai-nilai tradisional bisa tetap dipertahankan tanpa menghambat perkembangan zaman,” ujarnya.


Harapan untuk Kegiatan Serupa

Kuliah Kerja Lapangan di Desa Penglipuran ini memberikan manfaat besar bagi mahasiswa PGSD UNS, terutama dalam memahami keterkaitan antara budaya, lingkungan, dan pendidikan karakter. Ke depan, diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan dengan mengunjungi lebih banyak desa wisata atau komunitas budaya lainnya di Indonesia.

Dengan adanya pengalaman ini, mahasiswa PGSD UNS diharapkan semakin siap menjadi pendidik yang memahami dan mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal, serta mampu menanamkan kesadaran lingkungan dan budaya kepada siswa di sekolah dasar.