
Bali, 5 Juli 2024 – Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sebelas Maret (UNS) melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK), Bali. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa mengenai warisan budaya, seni pertunjukan tradisional, serta sejarah pembangunan salah satu ikon monumental Indonesia.
KKL ini diikuti oleh 220 mahasiswa PGSD UNS dengan didampingi oleh dosen pendamping. Dalam kunjungan ini, mahasiswa tidak hanya mendapatkan pemaparan tentang sejarah dan makna filosofis Patung GWK, tetapi juga berkesempatan menyaksikan pertunjukan Tari Kecak secara langsung.
Menelusuri Sejarah dan Filosofi Patung GWK
Dalam sesi pemaparan, mahasiswa diberikan informasi mengenai asal-usul pembangunan Patung GWK yang merupakan karya I Nyoman Nuarta, salah satu seniman patung terkemuka di Indonesia. Beberapa poin utama yang disampaikan dalam sesi ini antara lain:
✔ Latar Belakang Pembangunan – Patung GWK mulai dibangun pada tahun 1997 sebagai simbol kebesaran budaya dan pariwisata Bali, serta melambangkan Dewa Wisnu yang mengendarai burung Garuda sebagai penjaga keseimbangan alam semesta.
✔ Proses Pembangunan – Mahasiswa mempelajari perjalanan panjang pembangunan patung setinggi 121 meter ini, termasuk tantangan dalam pengerjaannya yang memakan waktu puluhan tahun hingga akhirnya diresmikan pada tahun 2018.
✔ Makna Filosofis – Patung ini tidak hanya sebagai objek wisata, tetapi juga memiliki nilai spiritual dan budaya yang mendalam bagi masyarakat Bali.
Menyaksikan Keindahan Tari Kecak
Selain belajar tentang sejarah dan arsitektur Patung GWK, mahasiswa juga disuguhkan pertunjukan Tari Kecak, salah satu seni pertunjukan khas Bali yang mengisahkan epik Ramayana. Dalam pertunjukan ini, mahasiswa melihat secara langsung keunikan Tari Kecak yang hanya menggunakan suara vokal “cak” dari para penari sebagai pengiring, tanpa alat musik.
Beberapa hal menarik dari pertunjukan ini meliputi:
✔ Keunikan Tanpa Musik – Berbeda dengan tari tradisional lainnya, Tari Kecak tidak menggunakan gamelan, melainkan suara paduan vokal para penari pria yang membentuk harmoni ritmis yang kuat.
✔ Kisah Ramayana – Pertunjukan ini menggambarkan kisah penculikan Dewi Sita oleh Rahwana dan perjuangan Rama untuk menyelamatkannya dengan bantuan Hanoman.
✔ Keterlibatan Penonton – Dalam beberapa bagian pertunjukan, penonton diajak berinteraksi, sehingga mahasiswa bisa merasakan pengalaman budaya yang lebih mendalam.
Antusiasme Mahasiswa dan Manfaat Kegiatan
Mahasiswa sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini karena memberikan pengalaman langsung dalam memahami warisan budaya dan seni pertunjukan tradisional. Beberapa manfaat yang dirasakan peserta antara lain:
✅ Pemahaman lebih dalam tentang sejarah dan makna filosofis Patung GWK sebagai simbol kebudayaan Bali.
✅ Apresiasi terhadap seni pertunjukan tradisional, khususnya Tari Kecak yang unik dan memiliki daya tarik internasional.
✅ Wawasan mengenai keterkaitan antara seni, sejarah, dan pendidikan, yang dapat diterapkan dalam dunia pengajaran di sekolah dasar.
✅ Inspirasi dalam mengembangkan pembelajaran berbasis budaya lokal, terutama dalam mata pelajaran seni dan budaya.
Salah satu mahasiswa peserta, Ridwan Maulana, mengungkapkan kesannya, “Kegiatan ini benar-benar membuka wawasan saya tentang bagaimana seni dan budaya bisa menjadi bagian dari pembelajaran. Saya sangat kagum dengan pertunjukan Tari Kecak dan sejarah di balik Patung GWK. Ini adalah pengalaman yang tidak terlupakan,” ujarnya.
Harapan untuk Kegiatan Serupa
Kuliah Kerja Lapangan di Patung GWK ini memberikan manfaat besar bagi mahasiswa PGSD UNS dalam memahami keterkaitan antara sejarah, seni, dan pendidikan. Ke depan, diharapkan kegiatan serupa dapat terus dilakukan dengan mengunjungi lebih banyak situs budaya lainnya, sehingga mahasiswa memiliki pemahaman yang lebih luas tentang kekayaan budaya Indonesia.
Dengan adanya pengalaman ini, mahasiswa PGSD UNS diharapkan semakin siap menjadi pendidik yang memiliki kesadaran budaya, mampu mengajarkan nilai-nilai kearifan lokal, serta mengapresiasi seni dan sejarah dalam pembelajaran di sekolah dasar.